Minggu, 11 Maret 2012

Latar Belakang Penjuangan Produk Makanan

Latar Belakang
Penjualan Produk Makanan

Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan. Informasi tentang produk dapat diperoleh melalui beberapa sumber, antara lain sumber personal (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, tenaga penjual, dealer, kemasan, displai), sumber publik (media massa, organisasi rating konsumen), dan sumber percobaan (meneliti, menggunakan produk). Dalam sebuah kemasan terdapat informasi mengenai bentuk fisik produk, label dan sisipan (instruksi detail dan informasi keamanan untuk produk yang komplek atau berbahaya yang terkandung dalam obat atau mainan) yang dapat digunakan konsumen untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai suatu produk tertentu yang ingin digunakannya.
Label merupakan bagian dari kemasan dan mengandung suatu informasi tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label konsumen dapat menemukan informasi mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah yang bersangkutan; tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, klaim nutrisi terutama untuk produk kesehatan, petunjuk penggunaan, dan keterangan lain untuk kondisi spesial dan cara penggunaan, serta keterangan tentang halal.
Jumlah Umat Islam sekarang ini sangat besar dan tersebar di seluruh dunia. Indonesia, adalah negara yang memiliki jumlah Umat Islam yang terbesar dari pada negara-negara lain di dunia. Populasi yang demikian besar dari Umat Islam membuat Umat Islam menjadi pasar yang demikian potensial untuk dimasuki. Hal ini tentu akan menjadi fenomena yang patut diperhatikan oleh para pemasar khususnya di Indonesia dalam rangka meningkatkan penjualan produk mereka.
Pemahaman yang semakin baik tentang agama makin membuat Umat Islam menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi. Khusus di Indonesia, Umat Islam dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh Umat Islam di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut dapat memberi label halal pada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran agama Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh Umat Islam.
Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan Syariat yang menjadi tolok ukur untuk
Umat Islam adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high involvement). Dengan begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim.Chitato merupakan salah satu jenis makanan ringan dalam kemasan yang telah sangat dikenal di Indonesia cukup lama hingga sekarang ini. Chitato baru saja melakukan re launch atau berganti kemasan dengan bentuk kemasan yang baru yang lebih menarik. Chitato juga melakukan pembaharuan dalam hal rasa, antara lain rasa sapi panggang, rasa asli, rasa keju supreme, rasa ayam bumbu, dan rasa sapi bumbu bakar. Dalam hal ini chitato harus memperhatikan proses pembuatan produknya agar terhindar dari hal-hal yang dapat menyebabkan produknya menjadi tidak halal. Oleh karena dengan rasa baru yang dimiliki chitato yaitu
menggunakan ayam dan sapi akan sangat riskan terhadap risiko ketidak halalan produk, terkait dengan proses penyembelihan hewan tersebut serta zat-zat lain yang dapat menyebabkan produknya menjadi tidak halal.
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma (FE UG) yang mayoritas mahasiswanya beragama Islam dapat menjadi perwakilan dari komunitas Muslim yang menjadi konsumen produk tersebut. Mahasiswa adalah komunitas kritis yang bila ditinjau dari sisi informasi yang diperoleh dan kemampuannya untuk mencerna informasi adalah komunitas yang bisa memilah-milah produk-produk yang mereka konsumsi berdasarkan informasi yang mereka peroleh.
Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk tertentu, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah.

BADAI MATAHARI TELAH BERLALU

BADAI MATAHARI TELAH BERLALU

Kendati tidak melukai manusia, badai matahari berpotensi mengakibatkan gangguan listrik.

BADAI matahari yang dikhawatirkan bakal menimbulkan gangguan teknis di berbagai belahan bumi kemarin berlalu tanpa ada insiden berarti. Sebagaimana dilaporkan Associated Press, badai tersebut memuncak pada Jumat malam di beberapa kawasan di Amerika Serikat. Hal itu mewujud dalam bentuk cahaya langit atau aurora borealis yang bisa dilihat secara kasatmata di Michigan, Wisconsin, Seattle, Alaska, Minnesota, dan North Dakota. Cahaya tersebut juga dapat disaksikan di belahan selatan bumi, seperti di Australia dan Selandia Baru.

Kendati tidak melukai manusia, badai matahari berpotensi mengakibatkan gangguan listrik, global positioning system (GPS), dan satelit di belahan utara bumi.

Karena itu, beberapa maskapai penerbangan berupaya mengantisipasi dengan menunda keberangkatan pesawat-pesawat yang mendekati Kutub Utara.

“Badai matahari sudah berlalu dan masih melaju. Kini, kami sedang memantau bagaimana dampaknya,” kata Joseph Kunches, pakar cuaca dari pusat kajian meteorologi dan geofi sika yang berbasis di Colorado, AS.

Sebelumnya, sejumlah ahli cuaca dan fi sika memperkirakan kecepatan badai matahari awal pekan ini mencapai 6,5 juta kilometer per jam. Namun, ketika muncul pada Kamis (8/3), kekuatan badai tersebut ada di urutan terendah dari skala 1-5. Badai sempat menguat ke level 3 selama beberapa jam pada Jumat (9/3), tapi kembali melemah. Para pakar mengatakan kejadian itu disebabkan bagian magnetik dari badai tersebut berbalik arah ke utara.

“Kita sudah melihat sang petinju seraya menantikan pukulannya, tapi tidak kunjung muncul. Dia justru memukul selagi mundur,” seloroh ahli fi sika Terry Onsager dari pusat kajian meteorologi dan geofi sika NOAA di Boulder, Colorado, AS.

Sekadar catatan, jika badai matahari menuju utara, seperti putaran bumi, gejolak energi akan menyebar ke permukaan bumi tanpa halangan. Tapi, jika sebaliknya, badai matahari akan menyebabkan gangguan listrik dan satelit. Peristiwa itu berlangsung pada 1989, tatkala badai matahari memutuskan aliran listrik di kawasan Quebec, Kanada, yang berpenduduk sekitar 6 juta orang.

Di Indonesia, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengimbau masyarakat agar tidak risau dengan kedatangan badai matahari yang

menghantam bumi. Kepada Media Indonesia, Deputi Sains Antariksa Lapan Thomas Jamaluddin memastikan bahwa badai tersebut tidak mengancam manusia dan perangkat elektronik di Indonesia.

“Masyarakat tidak perlu khawatir. Manusia di bumi dan perangkat elektronik aman karena bumi dilindungi lapisan magnet yang disebut magnetosfer. Betapa pun kuatnya badai matahari, kita tetap aman,“ papar Thomas, kemarin.

Beberapa dampak yang akan terjadi, kata dia, terutama pada operasional satelit dan komunikasi radio gelombang pendek. “Hanya operator satelit dan komunikasi radio yang perlu mengantisipasi.
Tapi mereka umumnya sudah punya prosedur standar,“ jelasnya.