PEMBERDAYAAN SENI TRADISIONAL DI KAMPUS ITB PADA ERA KELAHIRAN UNIT-UNIT KESENIAN DAERAH DI AWAL TAHUN-TAHUN 1970-AN
Unit kesenian yang lahir paling awal di kampus ITB adalah Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ITB, yang memang diperlukan kehadirannya sebagai perangkat resmi acara/upacara akademik sidang terbuka senat ITB. Adapun unit kesenian daerah tertuanya adalah Perkumpulan Seni Tari & Karawitan Jawa (PSTK)- ITB yang lahir pada tanggal 7 Maret 1971. Menyusul setelah itu lahirlah Lingkung Seni Sunda (LSS)-ITB bulan April 1971, Keluarga Kesenian Maha Gonta Ganesha (MGG)-ITB bulan September 1971, Unit Kesenian Sulawesi Selatan (UKSS)-ITB, Unit Kesenian Minang (UKM)-ITB, dan Unit Kesenian Sumatra Utara (UKSU)-ITB yang semuanya terjadi pada tahun-tahun 1970-an, berkat kerja keras PR-III ITB Wiranto Arismunandar, beserta Koordinator Kesenian ITB Harsono Tarupratjeka, yang kemudian dilanjutkan oleh But Muchtar dan setelah itu oleh Ida Dewa Gede Raka.
Pada awal tahun 1970-an ini peran serta conducive langsung mahasiswa dan sarjana non seni dalam kegiatan pentas seni tradisional -- baik sebagai penari, penabuh, sinden, dalang, maupun peran-peran kesenimanan lain -- serta merta disambut hangat segenap kalangan masyarakat tanpa sedikitpun ada reserve. Mahasiswa dan sarjana non seni dinilai sangat berjasa dalam mempertinggi martabat seni tradisional dengan mengangkatnya sebagai bagian dari sisi intra dan ekstra kegiatan ilmiah kampus.
Terhadap kegiatan pemacuan prestasi kompetitif berkesenian bagi masyarakat pun mahasiswa perguruan tinggi non seni juga telah merintiskan contoh penanganan lomba seni yang inovatif dan mendidik. Pada tahun 1974 Dewan Mahasiswa ITB menyelenggarakan Festifal Karawitan Sunda, Jawa, Bali se Bandung Raya untuk menampung semangat berkompetisi karawitan masyarakat Bandung yang saat itu sangat tinggi. Dalam festifal tersebut diterapkan peraturan yang melarang lulusan Konservatori Karawitan, dan sarjana muda karawitan lulusan Akademi Seni Karawitan serta pelatih karawitan dari grup-grup peserta lomba untuk ikut menjadi penabuh dalam grup peserta manapun. ( Catatan: saat itu tidak dicantumkan larangan bagi sarjana seni karawitan lulusan ASKI, karena saat itu sarjana seni karawitan memang belum ada ). Terhadap grup-grup peserta lomba yang berhasil tampil sebagai pemenang, Dewan Mahasiswa ITB memberikan kepada pelatihnya tanda penghargaan sebagai pelatih berprestasi, disertai hadiah-hadiah yang mungkin kalau dinilai secara komersial tidaklah sangat tinggi. Di sini telah diterapkan prinsip lomba "jurdil" yang tampaknya belum berhasil diterapkan pada jenis "lomba" tertentu di masyarakat.
Untuk sisi kegiatan ilmiah seni tampaknya harus dikenang nama Bambang Sadharta, mantan mahasiswa Jurusan Tambang ITB angkatan 1974 yang kini menjadi salah satu " orang minyak " penting di Kalimantan Timur. Mantan Ketua PSTK-ITB periode 1976-1977 ini seusai lengser dari keprabonnya ditugasi oleh Ketua PSTK-ITB penggantinya untuk memimpin Divisi Penelitiian Gamelan PSTK-ITB. Dengan bantuan Badan Masalah Kemahasiswaan ITB maka Divisi pimpinan Bambang Sadharta ini berhasil menerbitkan sebuah kajian keilmuan tentang filsafat nada dalam judul buku "KEMPYUNG-700". Melalui penugasan Dirjen Kebudayaan (Prof. Dr. Hayati Soebadio saat itu), pada tahun 1981 isi buku hasil penelitian PSTK-ITB tersebut diajarkan dalam "ASEAN WORKSHOP ON THE MANUFACTURE OF THE INDONESIAN GAMELAN"-- yang diikuti oleh ahli-ahli musik, ahli metalurgi, dan musikolog dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Muang Thai -- sebagai bagian dari materi tentang filsafat pembentukan nada gamelan.
Sejak 1981 hingga 1985 nama PSTK-ITB selalu dicantumkan dalam publikasi-publikasi ilmiah tentang filsafat nada. Sejak 1981 hingga sekarang, materi penelitian PSTK-ITB tersebut masih tetap diajarkan sebagai bagian materi perkuliahan Etnomusikologi, Organologo, dan Akustika Nada pada Jurusan Karawitan STSI Bandung. Kini materi penelitian PSTK-ITB tersebut diangkat sebagai metoda kupas dari analisis naskah penelitian Tim Indonesia (di bawah pimpinan Dr. Sri Hastanto; mantan Direktur ASKI Surakarta 1986-1988, dan mantan Ketua STSI Surakarta 1988-1997) dalam SONIC ORDER ON ASEAN TRADITIONAL MUSIC RESEARCH, yang sedang dikerjakan sejak bulan Agustus 1998 hingga bulan Maret 1999 nanti.
wiehhh hebat uey!!!!!!!!!!!
BalasHapus