Rabu, 14 Oktober 2009

PERAN SERTA CONDUCIVE WARGA PERGURUAN TINGGI NON SENI DALAM MEMBIDANI KELAHIRAN DAN MEMBERDAYAKAN PENDIDIKAN TINGGI SENI TRADISIONAL

PERAN SERTA CONDUCIVE WARGA PERGURUAN TINGGI NON SENI DALAM MEMBIDANI KELAHIRAN DAN MEMBERDAYAKAN PENDIDIKAN TINGGI SENI TRADISIONAL

Di dasawarsa kedua usia Republik Indonesia terlihat kiprah peran serta conducive kaum kelas menengah baru Indonesia dalam upaya pemberdayaan seni tradisional pun semakin meningkat, menyusuli kiprah upaya pemberdayaan potensi pendidikan tinggi seni rupa yang telah hadir lebih awal di tahun 1949, melalui pemberdirian Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang diresmikan 15 Desember 1949 oleh Menteri PP & K Sarino Mangunsarkoro. Kelas menengah pemberdaya seni tradisional itu terdiri dari warga perguruan tinggi non seni yang berasal dari beberapa kampus.
Muncullah kemudian dari kampus-kampus tersebut nama-nama mahasiswa dan mahasiswi, yang di kelak kemudian hari ikut membidani kelahiran perguruan-perguruan tinggi seni di Indonesia. Di antara mereka terdapat nama Edi Sedyawati (penari Jawa alusan yang kala itu adalah mahasiswi jurusan Arkeologi Fakultas Sastra UI, dan kini menjadi Dirjen Kebudayaan DEPDIKBUD), Sudarsono (penari Jawa gagahan dan kala itu adalah mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UGM, dan pernah menjadi Direktur ASTI Yogyakarta dan Rektor ISI Yogyakarta), Sedyono Humardani (penari Jawa gagahan dan sekaligus alusan, yang kala itu adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UNDIP dan pernah menjadi Direktur ASKI Surakarta), dan Saini Kosim (pemain band dan penulis naskah drama terkenal dan kala itu adalah mahasiswa Jurusan Sastra Inggris IKIP Bandung yang pernah menjadi Direktur ASTI Bandung, dan kini Direktur Kesenian DEPDIKBUD).
Nama-nama perguruan tinggi seni negeri yang berhasil mereka bidani kelahirannya dan juga kemudian berhasil mereka berdayakan dalam upaya pemberdayaan seni tradisional adalah Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta yang diresmikan Menteri PD & K Prijono tanggal 30 November 1963; Akademi Musik Indonesia (AMI) Yogyakarta yang didirikan 13 Juli 1964; Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta, didirikan 15 Juli 1964; Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang yang diresmikan Menteri PD & K Ny. Artati Marzuki Sudirdjo pada tanggal 22 Desember 1965; Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar, didirikan tanggal 7 Agustus 1969; dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung yang didirikan 15 Januari 1970.
Sampai awal tahun 1970-an kelima perguruan tinggi seni tradisional di atas belum menghasilkan seorang pun sarjana seni pertunjukkan non IKIP. Karenanya hingga saat itu kehadiran sarjana-sarjana bidang non seni dalam menggeluti kegiatan seni tradisional selalu disambut hangat dan dihormati masyarakat, serta dinilai positif sebagai upaya mempertinggi martabat seni tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar